blog-indonesia.com

Selasa, 30 Desember 2014

Rencana Kanal di Kra Isthmus Mengancam Posisi Indonesia

Mengancam Poros Maritim Indonesia Rencana Kanal Di Thailand

Pemerintah Republik Rakyat China sedang merencanakan pembangunan sebuah terusan atau kanal di Kra Isthmus, Thailand sepanjang 100 kilometer yang menghubungkan Laut China Selatan, Teluk Thailand dan Samudera India.

Dengan kanal itu, kapal-kapal dari dan menuju pelabuhan-pelabuhan China tak perlu lagi melewati Selat Malaka. Rute baru ini mempersingkat perjalanan sejauh 1.000 kilometer.

Selain itu, pelayaran melewati Selat Malaka dinilai tidak aman karena kasus pembajakan yang terbilang tinggi, belum lagi sedimentasi yang membuat kedalaman laut berkurang dan rongsokan kapal yang tersebar di banyak titik. Kabut dan kumpulan ikan yang berenang dalam rombongan berukuran besar juga menjadi persoalan lain di kawasan itu.

Secara umum, menurut China Daily Mail, pelayaran melalui Selat Malaka dua kali lebih berbahaya dari Terusan Suez di Mesir dan empat kali lebih berbahaya dari Terusan Panama di Amerika Latin.

Pembangunan terusan di Thailand ini lebih mudah dilakukan mengingat China telah memiliki hubungan baik tidak hanya dengan Thailand tetapi juga dengan ASEAN dalam beberapa tahun terakhir.

Nilai perdagangan China dengan ASEAN meningkat dari 54,8 miliar dolar AS di tahun 2002 menjadi 443,6 miliar dolar AS di tahun 2013. Dalam periode yang sama investasi China di kawasan itu meningkat menjadi sebesar 100 miliar dolar AS.

Perusahaan plat merah China, LiuGong Machinery Co. Ltd dan XCMG serta perusahaan swasta Sany Heavy Industry Co. Ltd akan terlibat dalam pembangunan Terusan Kra Isthmus.

Bukan hanya China, terusan ini juga akan menguntungkan negara-negara industri lain termasuk Jepang dan India. Selain Thailand, Vietnam pun akan menangguk untung. Kota di selatan Vietnam, Can Tho akan menjadi pelabuhan transisi di antara Teluk Thailand dan Laut China Selatan.

Pembangunan Terusan Kra Isthmus ini diperkirakan akan membuat rute perjalanan melalui Selat Malaka semakin sepi. Ini juga berarti ikut mengurangi jumlah kapal-kapal bertonase besar yang melewati kepulauan Indonesia.


  RMOL  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More